• Breaking News

    10 October 2012

    Rahasia Legenda Hidup yang Sulit Dikalahkan

    Manny Pacquiao sepertinya akan jadi legenda yang sulit ditandingi. Petinju Filipina yang hari ini genap berusia 33 tahun itu merupakan petinju pertama yang juara dunia di delapan kelas berbeda. Kedelapan juara itu ia peroleh dari enam badan tinju dunia yaitu WBA, WBC, WBO, IBF, IBO, dan The Ring.
     
    Dunia tak perlu meragukan kemampuannya karena enam juara yang ia dapatkan diperoleh dari badan tinju dunia kenamaan dan utama yang disebut "The Big Four" yaitu WBA, WBC, WBO, dan IBF. Prestasi itu membuatnya mendapat banyak gelar di luat ring seperti "Fighter of The Year", "Fighter of the Decade", dan sebagainya.

    Yang lebih menarik, ia masih sempat berkiprah di bidang lain seperti menekuni profesi menyanyi dan bahkan berakting di layar televisi dan layar lebar. Belakangan ia memutuskan terjun juga ke dunia politik. Langkah ini jarang ditempuh petinju bahkan olahragawan lain.

    Prestasi luar biasa yang gemerlap itu justru berbanding terbalik dengan masa lalunya yang sulit. Emmanuel "Manny" Dapidran Pacquiao lahir di Kibawe, Bukidnon, Filipina pada 17 Desember 1978.Ia adalah anak keempat dari enam bersaudara pasangan Domingo Silvestre dan Liza Silvestre-Onding. Namun orangtuanya bercerai saat ia duduk di kelas enam ketika ibunya memergoki sang ayah bersama perempuan lain. Ia ikut ibunya yang harus membesarkan enam anak.

    Karena kesulitan ekonomi, ia meninggalkan rumah saat usianya 14 tahun dan berkelana ke Manila. Di sana ia belajar bertinju. Kehidupannya tertolong karena bergabung dengan tim tinju amatir nasional Filipina. Ia mendapat penginapan dan biaya hidup.

    Ambisinya mengejar gelar juara tinju profesional dipicu oleh kematian sahabatnya, petinju Eugene Barutag yang tewas dalam suatu pertarungan tinju yang brutal pada tahun 1995. Pacquiao mulai memasuki dunia tinju profesional pada usia 16 tahun. Sejak saat itulah setahap demi setahap karier bertinjunya ia naiki.
    Sedangkan di bidang pendidikan, meski pisah dari ibunya ia tetap melanjutkan sekolah hingga SMA. Namun karena kemiskinan, ia gagal menamatkan SMA. Akan tetapi setelah karier bertinjunya mulai menanjak, ia mengikuti ujian persamaan SMA dan mendapatkan ijazah pada tahun 2007. Setelah itu kuliah di Notre Dame of Dadiangas University (NDDU). Tahun 2009 ia meraih gelar Honorary Degree of Doctor of Humanities (Honoris Causa) dari Southwestern University (SWU).

    Melihat prestasi itu banyak yang pantas diteladani darinya bukan cara bertinjunya melainkan cara ia menjalani hidup. Rahasianya adalah, ia tak pernah berhenti mengejar prestasi terbaiknya dengan kerja keras. Ia juga tipe orang tak mau menyerah untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Meski kemiskinan di masa lalu menghalanginya untuk sekolah, setelah mampu ia tak kehilangan semangat untuk melanjutkan sekolah. Dengan semangat seperti itu ia menjadi legenda hidup yang sulit dikalahkan prestasinya.

    No comments: