• Breaking News

    24 November 2012

    Nurul Indrayani Dari Grobogan ke Pentas Dunia

    Bayangkan, gadis muda ini lahir dan tumbuh di sebuah desa yang seluruh masyarakatnya memercayai mitos, bahwa kalau ada anak gadis yang tidak juga menikah pada usia 15 tahun, maka ia akan mendapatkan suami duda dan hidup susah. Dengan keyakinan seperti itu maka tak heran kalau di Desa Padang, Kecamatan Tanjungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah—tempatnya tinggal—anak-anak perempuan berumur 12 – 13 tahun sudah pacaran.

    Alih-alih ikut larut dan terbawa arus, Nurul Indriyani, putri pertama dari dua bersaudara ini justru berniat membongkar tradisi buruk masyarakat Grobogan dengan sebuah penelitian. Hasilnya, ia berhasil mengungkap angka pernikahan dini di kecamatannya sangat tinggi.

    “Dari penelitian itu saya mulai bergerak membangun kesadaran menikah dini adalah persoalan serius,” ujarnya dengan logat Jawa yang kental. Hasil penelitian itu sendiri menunjukkan, jumlah anak yang menikah dini pada usia 13-18 tahun, mencapai 53 anak. “Saya hanya ingin memberikan pencerahan bahaya nikah dini pada teman sekolah dan tetangga sekitar.”

    Atas kepeloporannya itu Nurul Indriyani terpilih mewakili anak-anak se-Asia Pasifik di International Day of The Girl, di PBB, New York. “Saya terpilih mewakili remaja Asia-Pasifik dalam event itu,” ungkapnya. Nurul mengalahkan sejumlah remaja dari berbagai negara, antara lain dari Malaysia, Thailand, Filipina, dan China. Nurul pun terpilih sebagai Because I Am A Girl (BIAAG) Ambassador Plan asal Indonesia. Prestasi itulah yang mengantar Nurul harus berkeliling ke sejumlah sekolah di New York untuk berceramah tentang penundaan nikah dini. Plan sendiri adalah organisasi yang fokus pada upaya pemenuhan hak-hak anak, berkepentingan mempromosikan hak-hak anak, terutama anak perempuan. “Aktivitas Nurul, jelas sangat membantu Plan dalam mempromosikan hak-hak anak perempuan di Indonesia,” kata Country Director Plan Indonesia, Peter La Rauss.
     

    No comments: