Cerita Para Mualaf Masuk Islam - Jeffrey S. Glazer kini bernama Abdul Haq. Ia lahir dalam keluarga Yahudi Amerika. Abdul hijrah menjadi muslim pada 1979. Sebagian besar keluarganya menolak putusan itu.
“Mereka berusaha meyakinkanku untuk kembali pada ajaran nenek moyang,” kata dia, seperti disadur dari onislam.net. Perkenalannya dengan Islam bermula ketika ia mempelajari agama-agama lain. Soalnya, ia ingin mengetahui seperti apa kebenaran sejati.
Awalnya, ia tidak percaya pada Tuhan. Namun, obrolannya bersama seorang muslim, membuatnya berpikir ulang tentang apa yang ia percayai. Pandangannya memang lebih banyak sekular. Tapi ia memilih Marxisme, dengan alasan ideologi tersebut merupakan jawaban atas kemampuan manusia untuk memecahkan masalah politik, ekonomi, dan sosial.
Tapi itu tidak lama, sebab ada alternatif lain yang lebih konkret. “Islam adalah solusinya. Saya percaya, Allah SWT membuat segala hal menjadi nyata,” sebutnya. Islam tidak bertentangan dengan pengetahuan
Meski pikirannya tentang konsep ketuhanan sudah mulai terbuka karena mempelajari Islam, Jeffrey S. Glazer alias Abdul Haq tidak serta merta menerima Islam. Terlebih dahulu, ia pelajari dasar-dasar spiritualitas, ilmu pengetahuan dan metafisika sebagai bekal dirinya mempelajari satu agama. Setelah itu, ia bandingkan Islam dengan agama lain. Dalam proses itu, ia baca Alkitab, Perjanjian Lama, Taurat, Perjanjian Baru, Hindu dan Taoisme.
Pelajaran utama yang ia dapat dalam proses itu adalah keyakinannya terhadap eksistensi Tuhan. Setelahnya, ia pelajari kitab suci sebagai konfirmasi. Abdul memulainya dengan membaca Taurat dan Alquran. Ketika membaca keduanya, Abdul menerima Alquran dengan alasan banyak jawab logis di dalamnya.
“Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Saya juga menyukai prinsip dasar politik Islam yakni berjuang melawan penindasan dan ketidakadilan,” ucapnya seperti disitat dari onislam.net.
Pada satu titik, ia bersiap untuk menerima Islam. Ia mulai mempelajari bagaimana cara seorang muslim berdoa. Ia beli literatur Islam di toko. Suatu hari, ia bertemu dengan Imam Siraj Wahhaj dari Masjid Takwa di Boorklyn. Setelah obrolan, Imam Siraj mengundangnya untuk berdiskusi. Tak lama, Imam Sirajlah yang membimbingnya mengucapkan dua kalimat syahadat.
Selesai mengucapkan dua kalimat syahadat, Jeffrey S. Glazer mengganti namanya menjadi Abdul Haq. Ia lantas berkeliling masjid yang berbeda untuk mempelajari Islam.
Semakin mendalam kepercayaan kepada ajaran Islam, ia menemukan setiap Nabi Allah pada dasarnya memberikan pesan yang sama. Begitu pula dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang sebenarnya ditujukan pada umat manusia. “Itu yang tidak disebutkan Yudaisme,” kata dia seperti dinukil dari onislam.net.
Keinginan kuatnya mendalami Islam membuatnya bergabung dengan berbagai jenis organisasi Islam. Namun, ia tetap lebih suka menyebut dirinya muslim, bukan Sunni atau Syiah. Seiring dengan kewajiban yang diberikan setiap muslim untuk menyampaikan kebenaran Islam, Abdul pun mulai belajar berdakwah. Sesekali ia bersama muslim lainnya membimbing seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat.
Satu pelajaran yang ia dapat saat itu adalah sulit bagi seorang mualaf untuk begitu saja menerima Islam. “Sejak itu, saya coba tanamkan kepada setiap mualaf, untuk benar-benar mencari kebenaran itu sampai tuntas. Hal ini sangat penting,” seloroh Abdul.
Pelajaran lain, umat Islam perlu bersatu. Ia melihat umat Islam begitu terpecah. Padahal, kunci kemajuan satu umat adalah persatuan.
“Insya Allah, bila kita bersatu, sesuai janji Allah, umat Islam akan ditingkatkan derajatnya dan kita akan melihat hal indah di dunia dan akhirat,” tutup dia.
No comments:
Post a Comment