• Breaking News

    17 April 2015

    Kisah Feby Salam Dalam Memilih Bisnis Yang Strategis dan Menjanjikan

    Selalu ada risiko di balik sebuah keputusan. Termasuk keputusan keluar dari zona aman, berhenti dari pekerjaan di perusahaan besar yang memberikan penghasilan tetap tiap bulan. Apalagi memutuskan pensiun dari pekerjaan saat usia yang masih tergolong muda Untuk Mandiri Berwirausaha.

    Itu pula yang dirasakan Feby Salam. Di dunia bisnis dan entrepreneur, nama Feby mungkin tidak setenar Bob Sadino atau pengusaha muda lainnya. Namun kisah pemilik bisnis Dapur Iga ini bisa dijadikan pembelajaran bagi anak-anak muda yang memutuskan berhenti dari stasus sebagai karyawan dan membangun mimpi menjadi bos.

    Saat mengutarakan rencana untuk berhenti kerja dari perusahaan yang memberikan fasilitas memadai dan gaji tinggi, pertentangan melanda keluarga Feby. Saat itu usia Feby masih 26 tahun. Istri dan orang tuanya menolak keras rencana pensiun muda. Bahkan, kehidupan rumah tangga Feby pun jadi taruhannya.

    "Saya sempat mau cerai dengan istri, orang tua tak ridhoi. Untung punya sahabat yang mendukung kemauan saya. Prinsip saya, masih punya saudara pasti saya dikasih makan," jelas dia.

    Setelah memberikan penjelasan pada istri dan orang tua serta membulatkan tekad melangkah keluar dari pintu perusahaan tempatnya bekerja, Febby mulai merintis mimpi menjadi pebisnis. Dimulai dari usaha kecil-kecilan jual beli pulsa, bisnis rental motor dan mobil hingga bisnis online. Sayangnya, hoki tak menghampirinya. Semua bisnis yang dijalankannya tidak membuahkan hasil yang nyata. Dia harus menerima fakta, tidak mudah meraih sukses. Jatuh bangun berkali-kali sudah biasa.

    "Saya sempat bangkrut, jatuh bangun hampir 8 sampai 9 kali, tapi saya punya pendirian untuk bisa bangkit demi menafkahi istri dan anak saya," ungkapnya.

    Doa dan usahanya mulai menunjukkan titik terang. Melalui jaringan pertemanan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2012 Feby bertemu rekannya yang memiliki bisnis kuliner daging iga. Feby merasa tertarik karena belum banyak pemain kuliner daging iga.

    Feby mulai menjajakan bisnis kulinernya di kios-kios. Saat itu modalnya masih terbilang kecil. Kurang dari Rp 10 juta. Namun ketekunannya membuahkan hasil luar biasa. "Saya mulai berdagang di kawasan Bandung, orang-orang menyukai daging iga buatan saya ini," ungkapnya.

    Setelah cukup ternama dan punya pelanggan, dia memutuskan meningkatkan bisnisnya ini ke tahap restoran. Saat itu modalnya sudah berkali-kali lipat lebih besar. "Modal Rp 400 juta saya gunakan dari tabungan, lalu saya jual mobil saya," jelas dia.


    Dia terus melebarkan sayap bisnisnya. Dulu hanya menjual daging iga di kios kawasan Bandung, kini sudah berhasil memiliki 24 outlet Dapur Iga yang tersebar di seluruh Indonesia. "Omzet per tahunnya Rp 10-15 miliar per outlet," ungkapnya.

    Feby berpesan, jangan mengandalkan keuntungan semata. Harus jeli memilih bisnis yang strategis dan menjanjikan.

    "Terpenting adalah jangan mengambil keuntungan dulu, action dan action harus dijalani, dan fokus dalam menjalani sebuah bisnis," tutup dia.

    Jadi apa yang paling penting ketika kita memutuskan untuk terjun berwirausaha? Adalah dukungan keluarga, tekad yang kuat, kemampuan dalam mengusai bisnis yang akan kita jalani dan Pantang menyerah berapapun kegagalan yang kita rasakan dan kita alami, tetap bangkit coba satu kali lagi hingga kita bisa mencapai puncak sukses.

    No comments: