Maaf, Tak Ada Mahabrata di Rumah Kita.
Oleh: Fachriy Aboe Syazwiena.
SUNGGUH tak layak bagi keluarga muslim untuk menyetiakan diri di depan
layar televisi sambil bersimpuh khusyu’ menonton Mahabarata, Khrisna,
Mahadewa, dan sejenisnya yang merupakan parade kisah
sesembahan-sesembahan orang musyrik. Ini adalah virus akidah yang tak
layak berakar di beranda rumah seorang muslim yang meyakini hanya Allah
sebagai satu-satunya sesembahan yang berhak disembah dengan benar.
Sungguh kisah-kisah fiktif yang merupakan rentetan kisah yang mereka
dewakan bukanlah nutrisi, madu atau susu yang harus disuplai di hadapan
anak-anak termasuk di hadapan orang tua sendiri.
Suapan-suapan kisah yang ada justru akan menjadi virus yang akan menghantam jantung akidah seorang muslim.
Rasanya begitu memilukan sekiranya keluarga
muslim menjadi hamba bagi "kisah fiktif Mahabarata". Mereka menyediakan
dan mengkhususkan waktu untuk mendengar, menonton dan menikmati kisah
dusta lagi kufur.
Tak ada risih. Tak ada rasa malu terhadap
mushaf al-Quran yang ada di rak. Tak ada malu terhadap al-Qur’an yang
tersimpan dalam dada. Tak ada risih terhadap maksiat yang diperagakan
oleh artis India itu. Begitu asyik dan begitu menikmati.
Kesetiaan mereka untuk duduk di majelis tontonan ini menandakan adanya
ketertarikan terhadap kisah yang ada. Dewa dan anak dewa yang ditokohkan
oleh lelaki dan wanita yang mempertontonkan aurat telah mampu menarik
hati sebagian kaum muslimin.
Bagaimana mungkin keluarga muslim duduk asyik mencerna potongan-potongan kisah orang musyrik?
Dimanakan wibawa bulan-bulan haram yang mestinya dimuliakan? Kenapa
justru membiarkan kisah Mahabarata menjadi suapan dan tuntutan?
Di manakah kewibawaan tauhid yang bersarang di dada sehingga tak mampu beranjak dari hadapan layar kaca?
Sungguh, kesempurnaan tauhid tergapai apik dengan meninggalkan
sesembahan lain termasuk kisah picisannya. Ketika Islam mengharamkan
parade ritual kesyirikan yang dilakoni millah lain maka Islam
mengharamkan pula kaum muslimin untuk larut dalam kisah-kisah mereka.
Allah berfirman :
فاجتنبوا الرجس من الأوثان واجتنبوا قول الزور“. . .Maka jauhilah penyembahan berhala yang najis itu dan jauhilah pula qaula az-zur.” (QS al-Hajj: 30)Para ulama menyebutkan bahwa makna “qaul az-zur” adalah semua ungkapan-ungkapan yang diharamkan termasuk pula ungkapan dusta. Para ulama juga menjadikan tontonan terhadap “qaul az-Zur” adalah hal yang haram.
Lihatlah Allah menggandengkan larangan terhadap “qaul
az-zur” dengan larangan menjauhi sesembahan dan berhala. Anehnya, justru
sebagian kaum muslimin menjadikan kisah Mahabarata dan sejenisnya yang
lebih dari “qaul az-zur” sebagai hiasan mata dan telinga di depan layar
kaca.
Rumah kita adalah rumah cahaya yang dipenuhi dengan binar
dan kemilau ilmu dan amal. Rumah kita adalah bahtera untuk menyelematkan
penghuninya dari terpaan ganasnya gelombang fitnah sehingga kelak
berlabuh syahdu di taman Surga dengan kehendak Allah Rabb alam semesta.
Rumah kita adalah rumah al-Qur’an yang di dalamnya terbaca ayat-ayat
Allah agar terpahami dengan baik titah-titah Rabb hingga menjadi pedoman
untuk mengukuhkan iman di musim kemarau yang menggersangkan mata air
takwa.
Rumah kita adalah rumah al-Qur’an yang ayat-ayatnya
terlantukan oleh para penghuninya agar qalbu tersirami dengan Kalam
Rabbina bak musim hujan yang menyirami pohon-pohon hingga ia menyemikan
bunga-bunga iman.
Rumah kita adalah madrasah mini yang didalamnya
dibacakan hadits-hadits yang merupakan konsep hidup sang nabi
shllallahu ‘alaihi wasallam hingga para penghuninya memahami dengan baik
bahwa sang nabi adalah teladan dalam segala lini kehidupan ini.
Tak ada teladan lain selain keteladan yang pernah diperagakan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalllam. Tak ada sosok lain yang lebih
mengagumkan dan layak dikagumi selian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasalllam. Tak ada kisah lebih heroik yang pernah terkisahkan di muka
bumi sepanjang masa dibandingkan kisah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasalllam.
No comments:
Post a Comment