Arfi’an Fuadi, salah satu anak muda yang mengenyam pendidikan menengah kejuruan (SMK) di Salatiga, Jawa Tengah, namun mampu bersaing di bisnis global. Meskipun tidak sempat mencicipi bangku kuliah, namun bukan berarti hal itu mematahkan semangatnya untuk berusaha memperbaiki hidupnya. Berawal dari kehidupan yang sangat sederhana dan modal pendidikan terakhir SMK, dia bersama adiknya mampu menunjukkan bahwa lulusan SMK pun juga mampu menjadi sukses.
Bahkan belum lama ini, desain 'jet engine bracket' buatan mereka berhasil memenangkan kompetisi Global 3D Printing Design Quest yang digelar oleh General Electric, perusahaan multinasional asal Amerika Serikat. Melalui bendara DTECH-ENGINEERING, ia membangun perusahaan yang bergerak di bidang jasa Engineering dan Pengembangan Produk. Bisnisnya sangat sederhana, yaitu membantu mewujudkan ide orang-orang yang ingin membuat suatu produk, namun bingung cara membuatnya. Misalnya analisa awal, desain, analisa pasar, kompetitor, dan lain sebagainya. Lalu kami juga menerima urusan manufaktur seperti membuat prototype jadi.
"Product Design dan Mechanical Engineering. Contohnya seperti casing iPhone, gantungan kunci, merchandise pesanan multinasional company, dll. Kami juga pernah dipercaya untuk mendesain pesawat ultralight, chassis mobil, antena kapal besar, dan masih banyak lagi,"
Ia mengaku sejak awal memang sudah suka dengan dunia desain dan engineering. Selain itu, ia termotivasi untuk melakukan sesuatu yang bisa berguna untuk orang lain juga. Namun untuk menjalankan bisnis ini tak mudah apalagi saat memulai di awal.
Arfi’an dan adiknya memulai usaha ini sejak 2009. Bahkan pada masa awal-awal dirinya kerja di kantor pos jadi tukang jaga malam. Gaji pertamanya digunakan untuk membeli PC second dan modem.
Menurutnya untuk mencapai sukses di bisnis ini memang perlu kreativitas dan usaha keras, bahkan kesabaran dan ketekunan. Termasuk untuk bisa menyiasati persoalan modal di awal.
"Ikut situs freelancer. Setelah ada modal, baru mulai buat web sendiri. Kira-kira 1 sampai 2 bulanan itu ngejar-ngejar klien sebelum akhirnya dapat klien pertama. Beda sama sekarang dimana malah klien yang ngejar-ngejar kami," katanya.
Bahkan dirinya mengaku nekat untuk bisa menyanggupi sebuah proyek, agar bisa dipercaya oleh klien. Pesaingnya pun dari banyak negara seperti Amerika, Eropa, sampai India.
"Umpamanya ketika saya ditanya "Bisa nggak buat seperti ini?", lalu saya jawab, "Bisa". Terus selanjutnya ketika ditanya "Pernah buat?", lalu saya jawab, "Belum, tapi saya mau belajar. Saya tahu intinya dan saya yakin saya bisa," kenangnya
Dan waktu itu ada saingannya nggak?
Sayangnya Arfi’an merahasiakan omzet bisnisnya yang sudah berjalan 5 tahun ini. Namun ia menggambarkan untuk menjual pulpen eksklusif. Pada bulan pertama dijual di harga US$ 39-49 padahal modal produksinya cuma Rp 25-30.000.
"Kami hanya produksi 500 biji saja. Bulan selanjutnya kami jual dengan harga US$ 75. Nah satu bulan pertama itu dengan kurs sekitar Rp 12 ribu, kami dapat omzet yang mencapai sekitar Rp 150 juta," katanya.
Menurutnya setiap bisnis pasti punya risiko hingga tantangan. Misalnya soal ongkos kirim dari Indonesia ke berbagai negara sangat mahal.
"Kami buat semacam agen resmi di Amerika Serikat. Jadi barang dari Indonesia kami kirim ke Amerika semua. Nah baru dari sana dikirim ke negara-negara tujuan," katanya.
Saat ini, Arfi’an sedang mengerjakan 10 proyek terkat engineering services, misalnya design ultralight aircraft untuk pasar Jerman, Canada dan Inggris.
"Beberapa desain saya sebelumnya untuk pasar AS, ada beberapa perbedaan di desainnya. Ada juga desain mesin parkir otomatis, handheld, dll. Untuk manufaktur, kami sedang mengerjakan pulpen generasi ketiga, special purpose handle door, dan gasing & gyro," jelasnya.
Harapan lulusan SMK ini agar usaha ini tambah maju serta bisa menjadi pemain global yang lebih besar lagi, sekaligus menyebarkan virus 'be a global player with your idea' ke anak-anak muda Indonesia.
Selain itu, rencana jangka pendek yang akan dilakukan adalah membuka kursus gratis bagi siapa saja. Kursus akan membahas bagaimana cara cara membuat produk inovatif dengan harga murah dan menarget pasar global.
"Do it now and learn from it. Success or fail is another problem. Karena kalau sukses ya pasti ada masalah, kalau gagal ya juga pasti ada masalah. Nah, masalah itulah yang harus kita nikmati," katanya.
Ia berpesan untuk membuat sesuatu, jangan berpikir uang, tapi seberapa besar pengaruh dari penemuan itu untuk masyarakat. "Nanti uangnya akan mengikuti dengan sendirinya," pesannya.
No comments:
Post a Comment